Tuesday, December 1, 2009

PENYAKIT DIARE PADA ANAK BABI


Masalah diare pada anak babi sampai beberapa tahun terakhir masih tetap ada di setiap peternakan babi. Diare merupakan satu dari penyakit serius yang membahayakan anak babi. Karena itu peternak mesti mewaspadainya. Umumnya kasus diare terjadi pada anak babi dari induk yang tidak kebal (non immune) atau tidak mendapatkan kolostrum. mikroorganisme pathogen memang banyak bermukim di kandang beranak yang kotor. Infeksi semacam ini sangat mungkin terjadi pada anak babi dari induk muda yang baru pertama kali beranak. Tingkat mortalitasnya cukup tinggi bisa mencapai 90%. Normalnya tingkat bertahan hidup anak babi antara 60-70%. Ada banyak hal yang menjadi penyebab diare pada anak babi. Catatan diagnosis dari Animal Disease Diagnosis Laboratory USA menyebutkan, penyebab utamanya E. coli 26%, diikuti infeksi gastroenteritis 26%, kemudian Clostridium enteritis 18%, koksidiosis 14%, rotavirus 8%, dan tidak diketahui penyebabnya (unknown cases) 8%.


Jenis dan penyebab diare pada anak babi antara lain :
  • Bakteri E coli,bakteri E coli yang menempel pada permukaan fili usus, misalnya tipe K88, K99, 987P, dan F41 dapat ditemukan pada babi. Bakteri yang menempel di fili usus halus babi tersebut kemudian memproduksi dan mengeluarkan toksin yang akhirnya menyebabkan diare. Gejala klinis yang muncul antara lain diare dan dehidrasi. Gejala diare terjadi terus menerus, tinja encer, seperti air berwarna putih kekuningan. Anak babi dapat terinfeksi kuman ini pada umur beberapa jam sampai umur dua minggu setelah kelahiran. Infkesi biasanya terjadi melalui mulut dengan masa inkubasi 6-18 jam.
  • Enteritis nekrotika karena clostridium, infeksi ini disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens tipe C yang dapat ditemukan pada anak babi umur 1-14 hari. Gejala klinis yang muncul antara lain, diare berdarah, pucat dan muntah. Kadang-kadang tinja lembek dan berwarna kuning kemudian berubah menjadi diare berbentuk cairan yang di dalamnya mengandung reruntuhan jaringan yang mengalami nekrotik, seperti nasi dalam air. Survei yang dilakukan di Taiwan menunjukkan, lebih dari 50% kasus diare karena Clostridium adalah kombinasi dengan infeksi E coli
  • Transmisible gastroenteritis (TGE), Radang pada lambung dan usus yang sangat menular ini disebabkan oleh Coronavirus. Gejala klinis yang terlihat berupa diare akut dan muntah. Babi pada semua umur bisa terserang penyakit ini tapi tingkat kematian umumnya terjadi sebelum umur 4 minggu.
  • Infeksi rotavirus, Infeksi virus ini sangat menular. Umumnya terjadi pada anak babi baru lahir dan setelah lepas sapih (post weaning). Gejala klinis yang tampak adalah kelemahan umum, muntah, diare, dan depresi. Namun dibandingkan TGE kondisi muntah, diare, dan tingkat kematiannya lebih ringan.
  • Penyebab fisiologis
    • Pengaturan panas tubuh pada babi yang baru lahir belum sempurna. Hal ini terjadi karena rambut dan lemak di bawah kulitnya masih sedikit sehingga berpengaruh terhadap daya pengaturan anak babi pada temperature lingkungan. Ini akan menyebabkan kasusu diare jika peternak tidak menjaga temperature lingkungan selalu hangat.
    • Mekanisme pencernaan dan penyerapan belum sempurna pada babi baru lahir. Pada babi haru lahir, pengeluaran pepsin dari cairan lambung dan enzim proteolitik dari kanal usus masih rendah sehingga babi akan menjadi diare kalau diberi pakan dengan kandungan protein nabati tinggi.
    • Stres misalnya panas, dingin, suara yang bising, lepas sapih, injeksi, dan potong gigi akan meningkatkan hormone adrenokortikal. Hormon ini akan memberikan efek diare.
Penanggulangan
1.        Pencegahan penyakit sangat erat kaitannya dengan sanitasi dalam manajemen pemeliharaan. Manajemen yang baik akan menampilkan pemandangan yang baik di dalam kandang maupun di lokasi sekitar kandang dan memberikan perlindungan kesehatan yang baik bagi ternak.
2.        Diusahakan anak babi segera mendapatkan kolostrum (air susu induk yang keluar pertama) karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. Anak babi yang lemah biasanya akan terdesak dan sulit memperoleh air susu induknya. Akibatnya dia akan semakin lemah dan kelangsungan hidupnya terancam. Peternak perlu membantu agar semua anak babi mendapatkan kolostrum secara merata.
3.        Kasus diare akibat E coli bisa dicegah dengan vaksinasi. Para peneliti pada Balai Penelitian Veteriner Bogor telah melakukan penelitian pada dua peternakan babi di Tangerang. Kelompok induk babi yang sedang bunting (umur 70-75 hari) diinjeksi dengan vaksin E coli multivalen, dosisnya 2 ml/ekor. Kemudian diulangi lagi ( booster) dengan dosis yang sama pada saat umur kebuntingan 100-105 hari. Penyuntikan vaksin dilakukan didaerah belakang teling a secara subkutan. Setelah lahir, anak babi dibiarkan menyusu induknya secara alamiah. Sementara itu, ada sekelompok induk babi lain yang dibiarkan tidak diberi vaksin digunakan sebagai pembanding. Hasilnya, kelompok dengan aplikasi vaksin E coli multivalent isolat lokal (Bogor dan Jakarta), ternyata mampu menurunkan kasus diare menjadi 2,5-8% dari kasus semula 20-45%. Sedangkan mortalitasnya turun menjadi 2-7% dari yang tidak divaksin 17-30%.
4.        Untuk penyakit yang lain misalnya TGE, Rotavirus bisa dilakukan pencegahan dengan vaksinasi.

No comments:

Post a Comment