Wednesday, December 2, 2009

ANATOMY (LYMPHATIC CIRCULATION)

The lymphatic system is a drainage system that removes lymph from the bloodstream. Lymph vessels contain valves and converge into two large main trunks, the thoracic duct and the right lymph duct. The vessels are not very visible, but the lymph nodes (or ganglia), which filter all of the lymph from one area, can easily be detected. There is a relatively large number of lymph nodes. Some are superficial and can be felt, others are deep (in the large cavities of the body) and are visible only with X-rays or ultrasound. Hypertrophy of the lymph nodes usually indicates inflammation in the drainage area, which is why it is important to palpate them during a clinical examination. The lymph nodes are also a preferred site where cancerous cells pass from one organ to another. This is why the ganglia are removed at the same time as tumors, in order to limit the spread of the disease.


Sistem limfatika adalah merupakan sistem pembuangan yang memindahkan cairan getah bening aliran darah. Pembuluh getah bening terdiri dari katup-katup dan kumpulan-kumpulan trunkus yang sangat penting, yaitu duktus torakika dan duktus limpha bagian kanan. Pembuluh darah tidak begitu nampak, akan tetapi limfonodus (ganglia), yang berfungsi sebagai penyaring semua cairan getah bening dari satu tempat dapat dengan mudah diketahui. Besarnya limfonodus sangat bervariasi, beberapa diantaranya berada pada bagian superfisial dan dapat dirasakan, yang lain berada pada bagian dalam (pada bagian rongga tubuh) dan ini nampak hanya dengan menggunakan sinar X atau ultrasonik. Hiperthropi limfonodus biasanya menunjukkan peradangan pada bagian pembuangan, yang mana sangat penting untuk melakukan palpasi, selama uji klinik limfonodus merupakan salah satu organ yang paling disukai oleh sel-sel kanker dibandingkan dengan organ-organ yang lain. Hal ini mengapa pada saat tumor berkembang, ganglion dipindahkan pada saat yang bersamaan untuk membatasi penyebaran penyakit.

KUCING PUN TERJANGKIT VIRUS A-H1N1





Virus A-H1N1, ternyata bisa merupakan virus yang sangat ekspansif selain keganasannya. Ini terbukti dengan berita terbaru dari pejabat veteriner dan Pemerintah Negara Bagian Iowa, Amerika Serikat, telah mengumumkan temuan pertama virus influenza A-H1N1 pada keluarga kucing. Kasus itu diyakini sebagai kasus pertama yang menjangkiti jenis binatang tersebut. Temuan kasus pada Kucing piaraan berumur 13 tahun itu juga diikuti dengan kabar menggembirakan bahwa setelah dirawat pihak veteriner Universitas Iowa, kucing tersebut dinyatakan sembuh pada pekan lalu.
Selain kabar tertularnya Virus A-H1N1 pada kucing, juga diberitakan virus ini juga menjangkiti dua musang jinak, di Oregon dan Nebraska, tetapi keduanya mati.
Juru bicara Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit, Tom Skinner, menyatakan bahwa pihaknya telah menduga kemungkinan penyebaran virus itu akan terjadi pada jenis hewan peliharaan dekat manusia.
Sejumlah pendapat kemudian muncul, yang pada prinsipnya masih bertanya-tanya tentang kemungkinan penularan virus A-H1N1 dari binatang piaraan kepada manusia. Atau, bagaimana binatang piaraan dapat terjangkiti.
“Kami tidak punya banyak kasus sejenis sehingga sulit menyimpulkan,” kata ahli veteriner Iowa, Ann Garvey

BATUK PADA ANJING (CANINE INFECTIOUS TRACHEOBRONCHITIS / KENNEL COUGH)


Kennel Cough atau Canine Infectious Tracheobronchitis adalah salah satu penyakit saluran pernafasan atas pada anjing yang biasa terjadi pada anjing muda. Gejala batuk ini terdengar seperti anjing berusaha mengeluarkan sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya. Anjing yang terserang penyakit ini akan batuk setiap beberapa menit selama sehari penuh. Pada beberapa kejadian kadang tidak diikuti dengan perubahan status kesehatan anjing, suhu tubuh tidak meningkat dan kadang nafsu makan tetap bagus.Agen penyebab Infectious Tracheobronchitis ada beberapa macam, yang paling sering disebabkan oleh Virus Parainfluenza,Bordetella Bronchiseptica, dan Mycoplasma. Canine Adenovirus tipe II, reovirus, dan canine herpes virus juga pernah disebutkan sebagai agen penyebab penyakit ini.
Virus penyebab Infectious Tracheobronchitis yang paling sering menginfeksi adalah parainfluenza virus. Virus ini akan menyebabkan gejala ringan hingga 6 hari sampai adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Untuk menghindari infeksi virus ini bisa dilakukan dengan vaksinasi.
Bakteri penyebab yang paling sering diisolasi dari anjing yang terserang penyakit ini adalah Bordetella bronchiseptica. Gejala klinis dari infeksi ini terjadi 2-14 hari setelah masuknya bakteri dalam tubuh. Jika tidak ada infeksi dari agen lain, gejala klinis akan hilang pada hari ke-10. Namun setelah infeksi teratasi, anjing penderita akan berusaha mengeluarkan bakteri yang keluar melalui dahaknya dalam waktu 6-14 minggu dan di masa inilah biasanya akan memudahkan anjing lain tertular. Parainfluenza dan Bordetella sering menginfeksi bersamaan pada kasus infectious tracheobronchitis, yang akan menimbulkan batuk yang akan sembuh dengan sendirinya dalam 14-20 hari.

Diagnosa
Diagnosa dari penyakit ini sering didasarkan pada gejala klinis dan sejarah adanya kemungkinan tertular dari anjing lain. Kultur bakteri, isolasi virus, dan gambaran darah bisa dilakukan untuk memastikan agen penyebab Kennel Cough, namun berdasarkan gejala klinis yang spesifik pada penyakit ini, uji-uji ini sangat jarang dilakukan.


Terapi
Ada dua pilihan terapi yang bisa dilakukan berdasarkan kejadian penyakit. Pada kasus yang ringan, bisa dilakukan dengan pemberian antibiotik ataupun tanpa antibiotik. Namun penanganan pada kasus ringan ini tidak berarti dapat memperpendek lamanya penyakit, dimana anjing penderita tetap akan dapat menularkan penyakit ini pada anjing lainnya. Sebagai tambahan bisa diberikan bronkodilatator seperti 
aminophylline atau obat-obatan pengurang batuk juga bisa diberikan pada kasus yang ringan.
Pada kasus yang lebih kompleks, dimana biasanya anjing hilang nafsu makan, deman, atau menunjukkan tanda-tanda pneumonia, bisa diberikan antibiotik. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah doxycycline atau trimethropim sulfa. Namun demikian, banyak pilihan obat lain yang bisa digunakan. Pemberian steroid atau pengurang batuk tidak dianjurkan karena resiko imunosupresi, dimana kebutuhan steroid perlu kontinuitas untuk membersihkan cairan mukous pada pneumonia yang diderita. Bronkodilator dan bahkan terapi aerosol bisa diberikan.

Vaksinasi dan Pencegahan
Pencegahan yang paling baik adalah tidak mencampurkan anjing satu dengan anjing lainnya, terutama untuk anjing-anjing muda. Jika memang hal ini tidak bisa dihindari, pilihan kedua adalah melakukan vaksinasi. Anjing yang sudah divaksin akan terlindungi oleh beberapa agen penyebab trachebronchitis, terutama parainfluenza dan adenovirus.

SWINE INFLUENZA


Pendahuluan
Swine influenza (SI) atau Flu Babi adalah penyakit saluran pernafasan yang bersifat akut dan sangat menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Manifestasi klinis dari SI ini dapat ditentukan oleh infeksi sekunder pada babi yang sakit. Babi merupakan inang utama virus SI klasik (terdapat laporan adanya infeksi pada manusia, akan tetapi virus SI ini tidak mudah menyebar ke populasi manusia, akan tetapi kematian bisa terjadi pada orang-orang yang mempunyai kelainan pada sistem kekebalan tubuhnya).
SI umumnya dapat ditemukan di Amerika Serikat, Mexico. kanada, Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Jepang, Taiwan dan beberapa negara di Asia Timur.
Penyebab
Swine Influenza Virus (SIV) adalah orthomyxovirus grup Influenza A dengan hemaglutinin antigen H1 dan Neuraminidase antigen N1 (H1N1), Pada saat ini, subtipe yang baru pernah dilaporkan yaitu H3N2 dan H1N1. Virus Influenza B dan C pernah diisolasi dari dari babi, akan tetapi virus-virus ini tidak menyebabkan penyakit yang klasik. SIV tidak bisa bertahan hidup lebih dari 2 minggu kecuali di kondisi yang dingin dan virus ini mudah mati dengan disinfeksi biasa.
Transmisi dan Epidemiologi
Di Amerika Utara, Wabah biasanya terjadi pada musim gugur dan dingin. Di daerah yang lebih hangat, infeksi dapat terjadi kapanpun. Biasanya wabah dimulai dengan adanya kasus pada satu atau dua hewan dan kemudian menyebar secara cepat dalam kelompok hewan tersebut, melalui aerosol dan kontak antar babi. SIV dapat bertahan dalam babi kariers sampai kurang lebih 3 bulan, dan virus ini dapat ditemukan pada hewan yang secara klinis normal diantara wabah. Pada kelompok babi yang secara antibodi positif, wabah dapat terjadi kembali ketika titer antibeodi menurun. Lebih dari 40% babi dalam kelompok akan menunjukan hasil positif antibodi. babi karier biasanya menjadi penyebab masuknya SIV kedalam kelompok babi atau negara yang tadinya bebas SIV.
Gejala Klinis
Wabah yang klasik terjadi sangat cepat, ditandai dengan penyebaran yang cepat di dalam kelompok babi, biasanya terjadi dalam jangka waktu 1-3 hari. Gejala klinis utama adalah depresi, demam sampai 42oC, anoreksia, batuk, kesulitan bernafas, kelemahan, lesu, serta adanya cairan pada mata dan hidung. Angka kematian akibat SI sekitar 1-4%. Penyakit biasanya mulai menghilang sekitar 3-7 hari dalam infeksi yang tidak komplit. Virus masih akan tetap bersirkulasi diantara babi ketika gejala klinis mulai tertekan dengan adanya peningkatan tingkat kekebalan. Kerugian ekonomi terjadi akibat adanya keterlambatan dalam mencapai berat badan yang diinginkan. Adanya angka kematian terutama pada babi muda, menurunnya tingkat fertilitas dan kemungkinan adanya aborsi pada kebuntingan tua bisa mengikuti wabah pada kelompok babi yang tidak kebal.
Diagnosis
Dugaan kasus dapat dilakukan melalui temuan klinis dan patologis, akan tetapi konfirmasi dapat dilakukan hanya melalui isolasi virus atau temuan adanya antibodi spesifik terhadap SIV.
Pengobatan dan Pengendalian
Tidak ada pengobatan yang efektif, antimikrobial dapat diberikan untuk mengurangi infeksi bakteri. Ekspektoran dapat membantu mengurangi gejala pada kelompok ternak yang terkena wabah. Vaksinasi dan Persyaratan impor ketat adalah satu-satunya tindakan pencegahan yang baik. Pengelolaan peternakan yang baik, serta babi yang tidak stress, terutama akibat kepadatan babi dan debu dapat membantu mengurangi kerugian.
Vaksin komersial yang killed yang berisi subtipe H1N1 dan H3N2 nampaknya dapat memberikan respon kekebalan yang kuat.

Tuesday, December 1, 2009

PENYAKIT DIARE PADA ANAK BABI


Masalah diare pada anak babi sampai beberapa tahun terakhir masih tetap ada di setiap peternakan babi. Diare merupakan satu dari penyakit serius yang membahayakan anak babi. Karena itu peternak mesti mewaspadainya. Umumnya kasus diare terjadi pada anak babi dari induk yang tidak kebal (non immune) atau tidak mendapatkan kolostrum. mikroorganisme pathogen memang banyak bermukim di kandang beranak yang kotor. Infeksi semacam ini sangat mungkin terjadi pada anak babi dari induk muda yang baru pertama kali beranak. Tingkat mortalitasnya cukup tinggi bisa mencapai 90%. Normalnya tingkat bertahan hidup anak babi antara 60-70%. Ada banyak hal yang menjadi penyebab diare pada anak babi. Catatan diagnosis dari Animal Disease Diagnosis Laboratory USA menyebutkan, penyebab utamanya E. coli 26%, diikuti infeksi gastroenteritis 26%, kemudian Clostridium enteritis 18%, koksidiosis 14%, rotavirus 8%, dan tidak diketahui penyebabnya (unknown cases) 8%.


Jenis dan penyebab diare pada anak babi antara lain :
  • Bakteri E coli,bakteri E coli yang menempel pada permukaan fili usus, misalnya tipe K88, K99, 987P, dan F41 dapat ditemukan pada babi. Bakteri yang menempel di fili usus halus babi tersebut kemudian memproduksi dan mengeluarkan toksin yang akhirnya menyebabkan diare. Gejala klinis yang muncul antara lain diare dan dehidrasi. Gejala diare terjadi terus menerus, tinja encer, seperti air berwarna putih kekuningan. Anak babi dapat terinfeksi kuman ini pada umur beberapa jam sampai umur dua minggu setelah kelahiran. Infkesi biasanya terjadi melalui mulut dengan masa inkubasi 6-18 jam.
  • Enteritis nekrotika karena clostridium, infeksi ini disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens tipe C yang dapat ditemukan pada anak babi umur 1-14 hari. Gejala klinis yang muncul antara lain, diare berdarah, pucat dan muntah. Kadang-kadang tinja lembek dan berwarna kuning kemudian berubah menjadi diare berbentuk cairan yang di dalamnya mengandung reruntuhan jaringan yang mengalami nekrotik, seperti nasi dalam air. Survei yang dilakukan di Taiwan menunjukkan, lebih dari 50% kasus diare karena Clostridium adalah kombinasi dengan infeksi E coli
  • Transmisible gastroenteritis (TGE), Radang pada lambung dan usus yang sangat menular ini disebabkan oleh Coronavirus. Gejala klinis yang terlihat berupa diare akut dan muntah. Babi pada semua umur bisa terserang penyakit ini tapi tingkat kematian umumnya terjadi sebelum umur 4 minggu.
  • Infeksi rotavirus, Infeksi virus ini sangat menular. Umumnya terjadi pada anak babi baru lahir dan setelah lepas sapih (post weaning). Gejala klinis yang tampak adalah kelemahan umum, muntah, diare, dan depresi. Namun dibandingkan TGE kondisi muntah, diare, dan tingkat kematiannya lebih ringan.
  • Penyebab fisiologis
    • Pengaturan panas tubuh pada babi yang baru lahir belum sempurna. Hal ini terjadi karena rambut dan lemak di bawah kulitnya masih sedikit sehingga berpengaruh terhadap daya pengaturan anak babi pada temperature lingkungan. Ini akan menyebabkan kasusu diare jika peternak tidak menjaga temperature lingkungan selalu hangat.
    • Mekanisme pencernaan dan penyerapan belum sempurna pada babi baru lahir. Pada babi haru lahir, pengeluaran pepsin dari cairan lambung dan enzim proteolitik dari kanal usus masih rendah sehingga babi akan menjadi diare kalau diberi pakan dengan kandungan protein nabati tinggi.
    • Stres misalnya panas, dingin, suara yang bising, lepas sapih, injeksi, dan potong gigi akan meningkatkan hormone adrenokortikal. Hormon ini akan memberikan efek diare.
Penanggulangan
1.        Pencegahan penyakit sangat erat kaitannya dengan sanitasi dalam manajemen pemeliharaan. Manajemen yang baik akan menampilkan pemandangan yang baik di dalam kandang maupun di lokasi sekitar kandang dan memberikan perlindungan kesehatan yang baik bagi ternak.
2.        Diusahakan anak babi segera mendapatkan kolostrum (air susu induk yang keluar pertama) karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. Anak babi yang lemah biasanya akan terdesak dan sulit memperoleh air susu induknya. Akibatnya dia akan semakin lemah dan kelangsungan hidupnya terancam. Peternak perlu membantu agar semua anak babi mendapatkan kolostrum secara merata.
3.        Kasus diare akibat E coli bisa dicegah dengan vaksinasi. Para peneliti pada Balai Penelitian Veteriner Bogor telah melakukan penelitian pada dua peternakan babi di Tangerang. Kelompok induk babi yang sedang bunting (umur 70-75 hari) diinjeksi dengan vaksin E coli multivalen, dosisnya 2 ml/ekor. Kemudian diulangi lagi ( booster) dengan dosis yang sama pada saat umur kebuntingan 100-105 hari. Penyuntikan vaksin dilakukan didaerah belakang teling a secara subkutan. Setelah lahir, anak babi dibiarkan menyusu induknya secara alamiah. Sementara itu, ada sekelompok induk babi lain yang dibiarkan tidak diberi vaksin digunakan sebagai pembanding. Hasilnya, kelompok dengan aplikasi vaksin E coli multivalent isolat lokal (Bogor dan Jakarta), ternyata mampu menurunkan kasus diare menjadi 2,5-8% dari kasus semula 20-45%. Sedangkan mortalitasnya turun menjadi 2-7% dari yang tidak divaksin 17-30%.
4.        Untuk penyakit yang lain misalnya TGE, Rotavirus bisa dilakukan pencegahan dengan vaksinasi.

MENDETEKSI ANTIBODI NEWCASTLE DISEASE PADA ITIK BALI MENGGUNAKAN METODE ELISA



PENDAHULUAN


          Mata kuliah diagnosa klinik merupakan salah satu mata kuliah yang sangat penting dan khusus, sebagai calon dokter hewan diperlukan ketrampilan profesional yang baik dalam menangani pasien, penganalisaan suatu penyakit pada diaknosa klinik yang akurat sampai ke uji laboraturium yang tepat. Pada kuliah yang diberikan oleh Dr.drh. Iwan H Utama,MS mahasiswa di ajarkan cara dan ketentuan dalam uji laboratuirum yang tepat dan akurat. Dalam mendiaknosa suatu penyakit pada uji laboraturium diperlukan metode uji serologi yang baik, maka dari itu pada kesempatan ini saya selaku penulis ingin mengangkat topik tentang uji ELISA pada penyakit ND(Newcastle Disease).

Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu penyakit unggas yang masuk kedalam daftar A dari OIE /Office International des Epizootica(OIE,2000 ), yaitu penyakit yang menyebar dengan cepat,menembus batas negara, menyebabkan konskuensi sosio-ekonomis dan implikasi perdagangan global.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan epidemik (mewabah) yang disebabkan oleh virus. Virus penyebabnya adalah golongan Paramyxovirus dari famili paramyxoviridae. Penyakit ini sangat merugikan bagi usaha pemeliharaan ternak ayam, khususnya pada pemeliharaan ternak yang dilaksanakan dengan sistem ekstensif (tradisional). Kerugian akibat penyakit ini diperkirakan 340 milyar rupiah pertahun (Sudrajat, 1996)
Virus ND sangat patogen dan V protein merupakan salah satu protein yang menentukan virulensi virus (Huang, et al.,2003) sementara itu hemagglutinin-neuraminidase (HN) protein merupakan protein yang memegang peranan penting dalam proses infeksi (Huang, et al.,2004).

Hampir semua spesies unggas peka terhadap infeksi ND, tetapi ayam adalah spesies yang paling peka (Young, et al.,2002). Laporan tentang kasus penyakit ND pada ayam dan penelitian penyakit ini sudah banyak dilakukan. Namun penelitian tentang kasus penyakit ini pada spesies unggas lainnya seperti itik khususnya itik Bali sangat jarang. Dari beberapa buku disebutkan bahwa itik dapat terserang ND namun tingkat keparahannya tidak separah kejadian pada ayam dan bahkan disebutkan bahwa itk bertindak sebagai karier ND.
Mengingat sistem peternakan di pedesaan di Bali kebanyakan merupakan sistem peternakan tradisional dan dalam satu rumah tangga biasanya dipelihara lebih dari satu jenis ternak dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (Suardana dan Suarsana,2003 belum dipublikasikan) maka adanya wabah ND pada ayam kemungkinan erat ada hubungannya dengan itik sebagai reservoirnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah itik Bali yang terinfeksi ND, dengan cara melacak keberadaan antibodi pada serumnya. Metode yang dipergunakan utnuk melacak antibodi tersebut adalah metode Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan Western Imunoblotting. Sampel darah diambil dari itik yang dipelihara secara tradisional di daerah pedesaan yang tidak pernah memvaksinasi itik maupun ayamnya dengan vaksin ND. Sehingga, adanya antibodi ND pada sampel yang diperiksa menandakan bahwa itik itu pernah terinfeksi virus ND bukan akibat vaksinasi.


MATERI DAN METODE
Pengambilan dan Penyiapan serum
Sampel darah diambil dari itik Bali yang dipelihara secara tradisional didaerah Sangeh dan Carangsari Kab. Badung serta Padangsambian Denpasar . Itik dikelompokan menjadi dua kelompok yakni itik muda dan dewasa . Sampel itik muda yakni yang berumur antara 2-3 bulan , yang dapat dikumpulkan adalah 22 sampel. Sementara itu sampel dari itik dewasa yakni itik yang telah berproduksi sampai yang akan diafkir berjumlah 97 ekor.
Darah diambil dari vena brachialis (vena di bagian sayap),menggunakan dispossible syringe 2,5 CC yang digunakan sekali pakai. Darah ditampung dalam sebuah tabung reaksi, didiamkan semalam pada lemari pendingin, kemudian serum dipisahkan dengan cara di centrifuge. Sesuai dengan permintaan pihak karantina Jepang, sera dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 700C selama 1 menit untuk membebaskan sera tersebut dari kemungkinan adanya virus Avian Influensa (AI). Kemudian disimpan pada suhu -200C, sampai saatnya dibawa ke Jepang.



Prosedur pemeriksaan ELISA
         Plat mikro ELISA 96 sumuran di Coat selama 16 jam pada suhu 4 0 C dengan antigen ND diencerkan dalam larutan penyangga karbonat-bikarbonat ph 9,6. Antigen virus ND yang digunakan adalah vaksin ND yang mengandung virus tipe B1 (produksi Research Institut for Chemical and Lymph Treatment Japan.) dengan perbandingan 2,4 ml vaksin : 9,6 ml buffer. Setelah diinkubasi pada suhu 4 0 C selama 16 jam, plat mikro dicuci 3 kali dengan Elisa washing buffer (0,01 % Triton –X-100 dalam PBS). Semua sumuran dalam plat mikro selanjutnya diblok dengan 200 ml susu skim 3 % dalam PBS. Plat mikro diinkubasikan selama 1 jam pada suhu 37 0 C dan dicuci sebanyak tiga kali seperti diatas. Ke dalam setiap sumuran kemudian ditambahkan serum itik yang diuji dengan pengenceran 1:200 (1 serum : 200 PBS).
        Sebagai kontrol positif dipakai serum itik sampel yang positif dengan uji western imunoblotting. Sebagai kontrol negatif dipakai 2 sumuran yang diisi FCS (fetal calf serum ), 2 sumuran yang tidak diisi antibodi I dan 1 sumuran yang tidak diisi antibodi I dan II .
Setelah inkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0 C dan pencucian sebanyak 3 kali ke dalam sumuran plat mikro ditambahkan antiduck Ig G (KPL ) yang dilabel dengan horse radish peroxidase (HRP).

        Selanjutnya plat mikro diinkubasi kembali selama 1 jam pada suhu37 0 C, kemudian dicuci sebanyak tiga kali seperti diatas. Sesudah itu kedalam masing-masing sumuran ditambahkan 100 ml substrate solution (0,04% OPD dan 0,003 % H202 dalam Phospate Citrate buffer) dan diinkubasikan pada suhu kamar di tempat yang gelap tanpa dibungkus. Akhirnya ke dalam masing-masing sumuran ditambahkan 50 ml stop solution (H2SO4 6 N ).Perubahan warna menjadi coklat menandakan sampel tersebut positif.
Hasil dibaca secepatnya pada Elisa plate reader dengan panjang gelombang 490 nm. Nilai optical density ( OD ) yang didapat kemudian ditabulasi.



HASIL DAN PEMBAHASAN
       Hasil pemeriksaan antibodi ND dalam serum itik Bali dengan uji ELISA menunjukkan bahwa hasil positif ditemukan pada sebagian besar sample yang diperiksa (91.6%). Hasil positipditandai dengan perubahan substrat OPD dari bening sedikit kekuningan menjadi coklat kekuningan. Perubahan warna substrat ditemukan juga pada serum kontrol positip tetapi tidak pada kontrol negatip (Gambar 1)
Perubahan warna muncul karena pada mikroplat yang berisi serum yang mengandung antibodi ND terjadi ikatan antigen-antibodi. Ikatan ini kemudian terlacak dengan antiduck-IgG yang dilabel dengan enzim horse radish peroksidase
.
        Enzim inilah yang mengubah OPD dari bening kekuningan menjadi coklat kekuningan. Tingkat kepekatan warna coklat dibaca dengan multiscan spectrophotometer dan dinyatakan dalam kerapatan optis (Optical Density/OD). Makin pekat intensitas warna coklat makin tinggi nilai OD-nya dan makin tinggi pula titer antibodi ND dalam serum yang diperiksa.
        Dalam penelitian ini serum dinyatakan positif mengandung antibodi ND bila OD-nya sekurang-kurangnya 3 kali nilai OD rata-rata kontrol negatif. Kriteria ini dipakai karena pada uji western immunoblotting, hasil positip bila nilai OD pada uji ELISA sekurang-kurangnya 3 X nilai OD kontol negatif.
        Berdasarkan kriteria itu sebanyak sebanyak 109 (91,6%) dari 119 sampel serum itik Bali dinyatakan positip mengadung antibodi ND (Tabel 1). Berdasarkan kelompok umur, diperoleh hasil bahwa hasil positip ELISA itik Bali muda (umur 2-3 bulan) adalah sebesar 86,4% dan pada itik dewasa (umur 6 bulan atau lebih )sebesar92,8%.
Ada kecenderungan bahwa antibody ND lebih banyak ditemukan pada itik dewasa jila dibandingkan itik muda. Namun analisis statistik dengan uji X2 dipreoleh hasil yang tidak berebeda nyata (p>0,01).

        Keberadaan antibodi ND dalam serum itik Bali ini menunjukkan bahwa itik pernah terinfeksi virus ND. Infeksi ND pada itik yang dipakai dalam penelitian ini sangat mungkin terjadi secara alami mengingat sampai saat ini belum pernah dilakukan vaksinasi ND pada itik Bali.
        Penularan virus ND pada itik sangat mungkin terjadi melalui kontak langsung antara itik dan ayam yang dipelihara secara bersama-sama. Penularan ini dimungkinkan karena ND di Indonesia bersifat endemic dan secara klinis umumnya ditemukan pada ayam yang tidak kebal terhadap ND (Sudardjat, 1990) Sementara itu, infeksi virus ND pada unggas air dari familia Anahdae termasuk itik juga pernah dilaporkan (Lancaster dan Alexander,1972). Meskipun belum ada laporan yang menyatakan adanya kesamaan virus penyebab ND pada ayam dan itik (secara molekuler dan taksonomik), hal ini perlu dicermati mengingat sulitnya pembrantasan kasus ND pada ayam di Bali.

SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam ilmu kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh yakni, Asclepius dan Higela, yang kemudian muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Pertama aliran kuratif dari kelompok Aclepius dan aliran preventiv dari golongan Higela, dua lairan tersebut saling berbeda dalam pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat. Aliran kuratif bersifat rektif yang sasarannya per-individu, pelaksanaanya jarak jauh dan kontak langsung dengan sasaran cukup sekali,kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gig, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan aliran prevevtiv lebih bersifat proaktif atau kemitraan yang sasarannya masyarakat luas, Para petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi masyarakat bebagai jenjang masuk dalam kelompok ini.

PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat dikelompokkan dalam 2 periode:
I.       Periode sebelum ilmu pengetahuan
Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalam kehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
II.    Periode ilmu pengetahuan
Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
*      Sejarah dimulai sejak pemerintah Belanda Abad-16 dengan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang menyarang tahun 1927, 1937 kolera eltor, cacar masuk ke Indonesia melalui singapura tahun 1948.
*      Di bidang kesehatan masyarakat lainnya gub Daendels(1807) mengadakan pelatihan dukun bayi dalam persalinan, tahun1930 didaftarkan para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan, dan tahun 1952 mengadakan pelatihan secar cermat.
*      Sekolah dokter di jawa didirikan pleh dr. Bosch dan dr. Bleeker tahun 1951 dengan nama STOVIA, menyusul disurabaya tahun 1913 (NIAS). Pada tahun 1927 STOVIA menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI.
*      Berdirinya Lab. Tahun 1888 di bandung dan tahun 1938 berubah menjadi lembaga Eykman dan disusul Lab. di medan, semarang, makasar, surabaya dan jogja berperan dalam pemberantasan penyakit seperti, mlaria, lepra, cacar dsb. Bahkan gizi dan sanitasi.
*      Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan 1933, 1934, 1935 terjadi epidemi terutama di jawa pada tahun 1935 dilakukan pemberantasan dan penyemprotan.
*      Usaha Hydrich awal kesehatan masayarakat di Indonesia, tahun 1951 oleh dr. Y Leimena dan dr. Patah dengan konsepnya kuratif dan prefentif tidak bisa dipisahkan.
*      1956 Oleh dr. Y. Sukanti dalam proyek bekasi model pelayanan pengembangan kesehatan dan pusat pelantikan di SUMUT, JABAR, JATENG, JOGJA, JATIM, BALI dan KALSEL.
*      Nov 1967 konsep puskesmas oleh dr. A. Dopodilogo mengacu pada konsep bandung dan proyek bekasi. Disepakati puskesmas yang terdiri dari tip A, B, C dab tahun 1968 puskesmas sebagai sistem pelayanan kesehatan terpadu. Kegiatan pokok puskesmas adalah:
Kesehatan Ibu dan anak, KB, Gizi, Kesehatan lingkungan, Pencdegahan penyakit menular, Penyuluhan , Pengobatan, Perawatan, Usaha kesehatan (gizi, sekolah dan jiwa), Laboratorium, Pencatatan dan pelaporan.

Tahun 1969 puskesmas dibagi dalam 2 tipe(A→Dokter, B→Paramedik), tahun 1979 strata puskesmas dibedakan menjadi:SI Puskesmas dengan prestasi sangat baik, SII Puskesmas dengan prestasi standar, SII Puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata.

DEFINISI
Kesehatan masyarakat terdiri dari beberapa batasan, dimulai dari batasan yang paling sempit sampai yang luas. Batasab paling tua kesma adalah upaya untuk mengatasi masalah yang mengganggu kesehatan (Kesma = Sanitasi),. Akhir abad 18 kegiatan kesma adalah pencegahan penyakit melalui perbaikan sanitasi dan imunisasi. Awal abad 19 kesehatan masyarakan integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran dan awal abad 20 oleh Wislow kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usah pengorganisasian untuk:
  1. Perbaikan sanitasi lingkungan
  2. Pemberantasan penyakit menular
  3. Pendidikan kebersihan perorangan
  4. Pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan.
  5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Selanjutnya menurut Wislow kegiatan kesehatan masyarakat mencakup:
  1. Sanitasi lingkungan
  2. Pemberantasan penyakit
  3. Pendidikan kesehatan
  4. Manajemen
  5. Pengembangan rekayasa sosila dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Batasan dari ikatan dokter Amerika (1948) Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha pengorganisasian.

RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. sebagai ilmu kesehatan masyarakat mencakup 2 disiplin pokok keilmuan yakni ilmu BIO-medis dan ilmu sosial, sejalan dan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat mencakup: Ilmu Biologi, kedoteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi, psikologi, pendidikan dsb. Sehingga kesehatn masyarakat sebagai ilmu yang multi disiplin. Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
  1. Epidemiologi                                                
  2. Biostatistik / Statistik kesehatan                   
  3. Kesehatan lingkungan
  4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
  5. Administrasi kesehatan masyarakat
  6. Gizi masyarakat
  7. Kesehatan kerja
Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya secara multi disiplin, sedangkan kesehatan masyarakat sebagai seni mempunyai bentangan semua kegiatan yang langsung atau tidak untuk mecegah penyakit (Preventif), meningkatkan kesehatan (Promotif), terapi (terapi fisi, mental, sosial) adalah upaya masyarakat, misal pembersihan lingkungan, penyediasan air bersih, pengawasan makanan dll. Dan penerapannya sebagai berikut:
  1. Pemberantasan penyakit yang menular atau tidak        
  2. Perbaikan sanitasi lingkungan
  3. Perbaikan lingkungan pemukiman
  4. Pemberantasan Vektor
  5. Penyuluhan
  6. Pelayanan kesehatan Ibu dan anak
  7. Pembinaan gizi
  8. Pengawasan sanitasi tempat umum
  9. Pengawasan obat dan mibuman
  10. Pembinaan peran serta masyarakat
Jadi kesehatan masyarakat veteriner adalah semua yang berhubungan dengan hewan yang secara langsung atau tidak mempengaruhi kesehatan manusia yang berfungsi untuk melindungi konsumen dari bahaya yang dapat menganggu kesehatan, menjamin kententraman batin, pada penularan zoonosis, melindungi petani atau peternak dari rendahnya mutu nilai bahan asal hewan yang diproduksi. Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan dalam pelaksanaan pembatasan penyakit-penyakit menular trlihat pada UU No6/1967 ttg Anthropozoonosis, PP No22/ 1983 ttg Zoonosa, PP No22/1983 bab4 pasal 24 ttg Pemberantasan rabies dsb.

ORCHIECTOMY


Orchiectomy
Synonyms: Orchidectomy, Castration, Surgical Removal of Testicles

Orchiectomy juga diekenal dengan Orchidectomy yaitu suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat (menghilangkan) testis.Testis merupakan organ reproduksi jantan untuk menghasilkan sperma dan hormone testoteron. Kastrasi dapat menurunkan populasi hewan karena dapat mencegah kesuburan hewan jantan (sterilisasi), mengurangi sifat menjelajah dikarenakan hilangnya hormone testoteron. Kastrasi juga dapat mengurangi resiko penyakit yang berhubungan dengan hormone androgen seperti gangguan prostate, tumor dan perineal hernia. Indikasi lain orchiectomy adalah menghindari sifat abnormal yang diturunkan, gangguan testis dan epididimis. Mencegah tumor scrotum, trauma dan abses serta mengurangi gangguan endokrin.

Orchiectomy Dapat Dilakukan :

  • Unilateral Orchiectomy, penganktan dilakukan hanya pada salah satu testis
  • Bilateral Orchiectomy or Radical Orchiectomy, dilakukan pengangkatan pada kedua testis

Pendekatan Orchiectomy :

  • Pendekatan melalui insisi prescotalis
  • Pendekatan melalui insisi scrotalis
  • Pendekatan melalui insisi perineal

Prosedur Operasi Orchiectomy (prescrotalis) :

a)     Persiapan alat-alat operasi
b)    Persiapan hewan
c)     Persiapan operator

a)     Persiapan alat dan bahan atau obat :
·         Alat-alat bedah harus dibersihkan fdan disterilisasi terlebih dahulu. Alat-alat yang dipergunakan meliputi: scapel, pinset, hemostat, gunting, needle holder, jarum dan benang absorbable serta non absorbable.
·         Obat yang diperlukan:
Ø  Premedikasi : athropin sulfat
Ø  Anestesi umum : ketamin
Ø  Antibiotic : butanox
Ø  Antiseptic : rivanol atau alcohol 70 %
Ø  Tampon serta kain drape

b)    Persiapan Hewan
hewan yang akan di operasi pada dasarnya harus sehat. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan umum secara menyeluruh terhadap status kesehatanya serta dilakukan penimbangan berat badan berkenaan dengan dosis obat (anestesi dan premedikasi) yang akan digunakan. ebelum diberikan anestesi hewan di restrain dengan mengguanakan brangus atau mengikat moncongnya dengan tali.



Pedoman Anestesi :


Anestesi umum parenteral

obat
Dosis anjuran & sediaan

Athropin

Xilasin

ketamin
anjing
kucing
(0.02-0.04 mg/kg SC,IM) & 0.25 ml

(1-3 mg/kg IM) & 20 ml

(10-15mg/kg. IM) & 100 ml
(0.02-0.04 mg/kg SC,IM) & 0.25

(1-3 mg/kg IM) & 20 ml

(11-33 mg/kg IM) & 100 ml


Contoh : pada ajing dengan berat badan 10 kg




Langkah pertama
            Dilakukan injeksi atropine sulfat secara sub kutan (SC).
                  (0.02-0.04)x 10 kg = 0.8 – 1.6 ml
                              0.25
            langkah kedua
                        Dilakukan injeksi xilasin secara intra muskuler sesaat setelah pemberian atropin
                        (1-3) x 10 kg = 0.5 – 1 ml
                                20
            langkah ketiga
Dilakukan injeksi ketamin secara intra muskuler (± 10 menit setelah pemberian xilasin)
                        (10 – 15) x 10 kg = 1 – 1.5 ml
                                    100

c)   Persiapan Operator
            seorang operator harus mempunyai kompetensi sebagai berikut :
Ø  memahami prosedur operasi
Ø  dapat mempredeksi hal-hal yang kan terjadi
Ø  dapat memperkirakan prognosis hasil operasi
Ø  personal hygiene
Ø  siap fisik dan mental


Teknik Operasi

  • Anjing diberi anestesi umum,setelah hewan treranestesi dilakukan pencukuran bulu kemudian dillakukan penutupan site operasi dengan kain drape.
  • Dilakukan pemberian antiseptic untuk mencegah terjadinya infeksi.
  • Dilakukan insisi pada kulit dan subkutan diatas testis pada daerah prescrotalis.
  • Insisi dilanjutkan pada fiscia spermatica untuk mengeluarkan testis dan insisi dilanjutkan pada tunica vaginalis diatas testis.
  • Lakukan pengamatan terhadap testis, gunakan hemostat untuk emisahkan tunika vaginalis dengan epididimis.
  • Testis diatarik keluar dengan mengangkat ke kaudal.
  • Duktus defferent dipasang hemostat dan diligasi dengan benang absorbable ukuran 2-0 atau 3-0 ( chromic cat gut, polyglactin 910, polydioxanone atau plygliconate)
  • Dilakukan Pemutusan Spermatic Cord Diantara Dua Hemostat Yang Dipasang Dengan gunt
  • Dilakukan prosedur yang sama untuk testis yang kedua.
  • Control terhadap adanya pendarahan.
  • Masukan duktus dan pembuluh darah kedalam tunika.
  • Dilakukan penutupan insisi pada fascia dengan melakukan penjahitan  secara interrupted atau continous.subkutan ditutup dengan jahitan metode continous dengan benang absorbable.
  • Kulit diajhit dengan metode simple interrupted dengan benang non absorbable.


Pasca Operasi

  • Control terjadinya pendarahan
  • Pemberian antibiotic (butanox) secara intara muskuler
  • Pemberian betadine pada daerah insisi

THE NERVOUS SYSTEM

The nervous system collects stimuli - both information from the outside world and information originating within the animal. It creates nerve impulses that cause voluntary or involuntary muscles to contract (including skeletal muscles that control movement, as well as visceral muscles and the muscles involved in glandular secretion).
The nervous system is composed of nerve cells, known as neurons and their supporting structures, which form the neuroglia.
Neurons can act as receptors, when they receive a stimulus; as transmitters, when they send nerve impulses; and as associative neurons, when they serve as a connection between two different neurons.
Nerve fibers have different levels of excitability and conductivity. The speed of nerve conduction from peripheral areas of the body to the brain (or vice versa) is about 30 m/second.
A reflex is the conversion of external sensory information received by the general nervous system directly into motor, secretory or inhibitory information and the transmission of this information from the nervous system to the organ involved, all within a relatively short time.
The central nervous system includes the cerebrum, cerebellum, medulla oblongata (in the cranial cavity) and the spinal cord (in the spinal column).
In addition to the bones that surround it, the central nervous system is covered by three membranes: the dura mater, which is in contact with the bone; the arachnoid membrane; and the pia mater, which is in direct contact with the nerve tissue.
These membranes protect against both physical shocks and internal attack (there is a barrier between the blood and the meninges, known as the blood-brain barrier, which is resistant to various substances). It is needed because neurons are cells that do not regenerate, so any damage is irreparable.

·         The cerebrum contains motor, sensory, visual, auditory, olfactory (smell) and gustatory (taste) centers. It is also the seat of memory and association.
·         The cerebellum controls balance and coordination.
·         The spinal column is an important reflex center, as is the medulla oblongata, which controls vomiting, salivation, etc., as well as automatic functions such as respiration, heartbeat and constriction/dilation of blood vessels.

Ø  The Peripheral Nervous System

The peripheral nervous system is constituted of nerve fibers grouped into nerves that branch symmetrically throughout the body. Sensory nerves carry sensory information from the peripheral areas of the body to the central nervous system's collecting centers. Motor nerves carry nerve impulses generated by the central nervous system to the targeted organ. Many nerves carry out both functions and contain both sensory and motor fibers.

Ø  The Autonomic Nervous System

The autonomic nervous system is centered in ganglia on either side of the spinal column. It controls an organism's involuntary functions (those that are not controlled by the central or peripheral nervous systems). It is subdivided into the sympathetic and parasympathetic systems, which have opposing effects in activating or inhibiting the functions of an organ. For example, the parasympathetic system stimulates intestinal activity, while the sympathetic system decreases it.
The nervous system is involved in many diseases and interactions between medications. Various illnesses can arise, requiring a thorough knowledge of the subject.